Rabu, 22 Juli 2009

20 dan 80 Persennya Buku

Pagi ini, seperti biasa, saya mengikuti pelajaran Kenusantaraan dan Kepemimpinan yang diadakan setiap hari Rabu sore. Satu hal yang patut digarisbawahi adalah mengenai penjelasan tentang perbandingan 20 persen dan 80 persen dalam buku. Pernyataan yang ditulis oleh seorang bernama PARETO ini menyatakan bahwa :


20 persen buku berisi 80 persen kepuasan anda


Itu artinya kebutuhan akan membaca memang tidak sia-sia. Bayangkan, kepuasan kita yang tak terbatas ini ternyata sebagian besar dapat terpuaskan dengan membaca buku. Buku yang hanya berukuran tidak lebih dari ukuran map folio ternyata memiliki banyak manfaat. Oleh sebab itu, sering-seringlah membaca buku agar pikiran selalu terjaga dan memandang dunia dengan lebih indah.


Kita tunggu kiriman berikutnya hanya dalam Kampoenk Ndeso yang nggak pernah ada matinya.....

Senin, 22 Juni 2009

Harga dari Sebuah Buku

Pernahkah anda berpikir bagaimana seharusnya kita menghargai sebuah buku? Ya, buku dengan harga bervariasi memang memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan segala hal yang mendukung tercetaknya sebuah buku, mulai dari warna cover, tebal cover, warna kertas, tebal kertas, ukuran buku, warna tulisan, grafis, dan sebagainya. Bila kita perdalam lagi, kadang-kadang harga buku tidak sepadan dengan materi yang dibawanya. Apa yang membuatnya seperti itu?
Sebagai contoh, anda membeli sebuah buku di suatu toko buku seharga Rp 30.000,00 mengenai teknik mesin pesawat. Buku itu memuat berbagai informasi yang membuat anda paham dengan berbagai teknik mesin pesawat dan berbagai cara merakitnya. 20 tahun kemudian, anda telah menjadi seorang ahli perakitan pesawat dan memperoleh penghasilan jauh dari yang anda bayangkan (sekitar 30o juta rupiah). Hanya dengan buku seharga 30 ribu, anda memperoleh keuntungan sepuluh ribu kali lipatnya.
Banyak orang yang tidak sadar bahwa sebuah buku saja telah mempecundangkan harganya dari hasil yang dapat diberikannya. Karena itu, banyak orang yang merasa malas untuk membaca buku walaupun harganya telah jauh lebih jatuh. Mereka berpikir bahwa lebih baik mencari buku-buku yang langsung on-line gratis ketimbang repot-repot membeli buku di toko buku terdekat. Untuk beberapa alasan, hal tersebut dapat dibenarkan, karena memang sebagian besar pelajar, khususnya yang telah hidup mandiri, memerlukan uang untuk biaya hidup. Namun, bukan menjadi hal yang sepele kalau akhirnya tidak ada lagi yang memproduksi buku. Kualitas sebuah buku masih jauh lebih baik daripada segala hal yang mencoba menyamainya.
Bagi pelajar, membeli buku dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian uang sakunya yang dapat dikumpulkan untuk membeli buku bacaan. Berterimakasihlah bahwa harga buku tidak setinggi jasanya. Oleh karena itu, jangan pernah merasa malas untuk membaca buku.
Kita ikuti entri baru berikutnya hanya di Kampoenk Ndeso yang tidak pernah ada matinya....

Minggu, 14 Juni 2009

Keuntungan Membaca Buku Panduan




Pernahkah anda terbesit pikiran untuk membaca buku petunjuk ketika anda pertama kali menggunakan suatu alat elektronik. 15% orang Indonesia mengatakan ya, 80% mengatakan tidak, dan 5% lainnya mengatakan kadang-kadang. banyak di antara kita yang memilih menggunakan alat tersebut secara langsung tanpa terlebih dulu membaca buku petunjuk yang telah tersedia. Sebagian beralasan bahwa kita akan terlatih sendiri apabila telah bersentuhan dengan benda itu untuk waktu lama. Sebagian lagi beranggapan bahwa membaca buku petunjuk hanya membuang waktu dan kadang-kadang benda yang kita pakai diperlukan dengan cepat. Sebagian lain berpendapat bahwa mereka merasa kesulitan dengan penggunaan bahasa yang ada dalam petunjuk.

Memang kesemuannya itu tidk dapat kia pungkiri. Pertama, tidak setiap orang paham dengan buku petunjuk yang telah diberikan, entah karena bahasa, penggunaan kata-kata yang kurang dipahami, maupun tujuan dari adanya buku petunjuk tersebut. Selain itu, memang diperlukan efisiensi waktu dan kecepatan kerja dalam menggunakan alat-alat yang dikaitkan, khususnya alat-alat elektronik. Namun, perlu kita ketahui bahwa penggunaan buku petunjuk dapat membuat anda lebih paham dan mengerti masalah peralatan yang anda miliki.

Di negara-negara maju seperti Jerman, Inggris, dan Jepang membiasakan diri untuk membaca buku petunjuk yang ada pada alat yang akan digunakan. Dan ternyata, cara itu telah menuai manfaat yang lebih daripada tanpa membaca buku petunjuk.
1. Alat yang kamu gunakan lebih awet daripada tanpa kamu berpedoman pada buku petunjuk.
2. Kamu lebih paham cara memperbaiki alat yang bersangkutan karena telah mengerti seluk beluk alat tersebut melalui buku petunjuk.
3. Secara tidak langsung, anda dilatih untuk berpikir kritis, logis, mawas diri, dan penyusunan kata-kata secara baik dan benar.
4. Anda juga akan dilatih dalam membaca cepat 300 kata setiap menit.
5. Untuk buku petunjuk berbahasa asing, akan melatih anda dalam penggunaan bahasa linguistik dan kata-kata ilmiah lainnya.

Saat ini, sudah banyak perusahaan yang mencoba mengembangkan buku petunjuk digital, khususnya untuk perangkat lunak komputer. Beberapa perusahaan makanan juga mulai mengembangkan penggunaan gambar yang lebih mudah dipahami untuk kemudahan konsumen dalam penggunaan buku petunjuk.

Bagaimanapun bentuknya, tetaplah membaca buku petunjuk sebelum menggunakan alat yang anda miliki. Anda akan memperoleh manfaatnya sendiri dan hal itu telah banyak dipraktikkan di negara maju...

Jumat, 12 Juni 2009

Jangan Campakkan Perpustakaan 2

Ada banyak sekali perpustakaan yang tersedia di negara ini. Di setiap sudut, setiap tempat dan setiap daerah tak lepas dari apa yang disebut sebagai gudangnya jendela ilmu ini. Hanya saja keberadaannya bagai tertelan oleh peradaban dunia kita.

Buku-buku yang jauh lebih berharga telah dikalahkan dengan keberadaan berbagai media elektronik dan teknologi seperti televisi, video game, handphone, internet, dan sejenisnya.

Memang tidak bisa dipungkiri media-media tersebut juga dapat memberikan informasi bagi penggunanya serta memberikan kemudahan bagi kita dalam menyerap berbagai informasi bahkan pada saat keadaan terdesak sekalipun. Namun apa yang diberikan melalui kemudahan ini tidak selalu berdampak positif bagi kita.

Televisi dapat memberikan informasi secara cepat bagi kita sambil kita melakukan berbagai aktivitas, namun tidak selamanya televisi menyuguhkan informasi yang berguna. Kekerasan dan adegan dewasa yang sering ditampilkan dalam televisi ternyata lebih menyedot perhatian pengguna yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. Saat ini, banyak anak-anak yang memilih untuk tinggal di rumah dan menonton televisi dibandingkan pergi ke luar rumah, bertemu, dengan teman-teman, dan bermain bersama. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah elite dan real estate di mana sang anak memang telah disuguhkan berbagai fasilitas memadai.

Video game pada awalnya digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan dengan cara yang lebih menantang dan memberikan stimulan bagai penggunaannya. Banyak orang, terutama generasi muda, berpikir bahwa video game dapat meningkatkan kreativitas generasi muda zaman sekarang. Namun, seorang siswa SMA Al Azhar Tangerang melakukan riset terhadap 30 siswa SMP tanpa membedakan jenis kelamin mengenai hubungan kreativitas dengan video game. Ia memberikan beberapa potongan kertas dan mempersilakan siswa-siswi tersebut untuk menusun 10 jenis bangun. Kemudian ia memberikan numerik angka agar para siswa menghitungnya dengan waktu yang terbatas. Hasilnya? Siswa yang jarang atau tidak pernah bermain video game ternyata dapat melakukannya dengan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang sering bermain video game.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang suka membaca buku? Ingin tahu gimana jadinya? Kita tunggu lanjutan ceritanya hanya dalam Kampoenk Ndeso yang nggak pernah ada matinya....

Kamis, 11 Juni 2009

Jangan Campakkan Perpustakaan


Pernah saya bercakap-cakap dengan seorang mahasiswa S3 dari Indonesia di Institut Jepang tentang kunci kemajuan sebuah negara. Beliau mengatakan bahwa ada dua kunci terpenting dari subuah negara yang maju. Yang pertama adalah Universitas, dan yang kedua adalah PERPUSTAKAAN. Ya, perpustakaan.

Kita tahu bahwa perkembangan dunia yang semakin tak terpisahkan jarak dan waktu ini telah membawa kita ke dalam sebuah imaji hidup teknologi, khususnya internet. Dengan internet, kita tidak perlu susah-suah membeli buku, membaca hal-hal yang membosankan karena semuanya dapat dilakukan hanya dengan sekali meng"klik" untuk mendapatkan dunia yang langsung berada di depan mata kita.Namun tanpa kita sadari, teknologi telah mengunci kita dalam dunia tanpa ekspresi. Tahu kenapa?

Kita ambil contoh seperti ini.... Bandingkan tulisan yang tertera dalam surat dengan SMS. Kita tahu bahwa SMS memiliki font yang tidak pernah berubah karena memang telah disetting seperti itu. Namun, tulisan di dalam surat akan selalu menyesuaikan suasana hati sang penulis. Oleh sebab itu, tak heran bila kita sering melihat seseorang menangis karena membaca tulisan dari orang lain yang memang menyedihkan.


Perpustakaan saat ini memang semakin ditinggalkan oleh para penggunanya. Namun, semakin terlihat bukti bahwa banyak orang yang semakin kurang bisa mengontrol emosi dan pikirannya karena begitu termudahkan oleh fasilitas ini. di samping itu, fasilitas perpustakaan semakin sulit dijangkau oleh para peminat karena tergusur oleh fasilitas "elite" yang dianggap lebih penting.

Bagaimana mengatasi problema ini? Kita tunggu jawabannya di Blogger Kampoenk Ndeso yang nggak pernah ada matinya berikutnya.......