Ada banyak sekali perpustakaan yang tersedia di negara ini. Di setiap sudut, setiap tempat dan setiap daerah tak lepas dari apa yang disebut sebagai gudangnya jendela ilmu ini. Hanya saja keberadaannya bagai tertelan oleh peradaban dunia kita.
Buku-buku yang jauh lebih berharga telah dikalahkan dengan keberadaan berbagai media elektronik dan teknologi seperti televisi, video game, handphone, internet, dan sejenisnya.
Memang tidak bisa dipungkiri media-media tersebut juga dapat memberikan informasi bagi penggunanya serta memberikan kemudahan bagi kita dalam menyerap berbagai informasi bahkan pada saat keadaan terdesak sekalipun. Namun apa yang diberikan melalui kemudahan ini tidak selalu berdampak positif bagi kita.
Televisi dapat memberikan informasi secara cepat bagi kita sambil kita melakukan berbagai aktivitas, namun tidak selamanya televisi menyuguhkan informasi yang berguna. Kekerasan dan adegan dewasa yang sering ditampilkan dalam televisi ternyata lebih menyedot perhatian pengguna yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. Saat ini, banyak anak-anak yang memilih untuk tinggal di rumah dan menonton televisi dibandingkan pergi ke luar rumah, bertemu, dengan teman-teman, dan bermain bersama. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah elite dan real estate di mana sang anak memang telah disuguhkan berbagai fasilitas memadai.
Video game pada awalnya digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan dengan cara yang lebih menantang dan memberikan stimulan bagai penggunaannya. Banyak orang, terutama generasi muda, berpikir bahwa video game dapat meningkatkan kreativitas generasi muda zaman sekarang. Namun, seorang siswa SMA Al Azhar Tangerang melakukan riset terhadap 30 siswa SMP tanpa membedakan jenis kelamin mengenai hubungan kreativitas dengan video game. Ia memberikan beberapa potongan kertas dan mempersilakan siswa-siswi tersebut untuk menusun 10 jenis bangun. Kemudian ia memberikan numerik angka agar para siswa menghitungnya dengan waktu yang terbatas. Hasilnya? Siswa yang jarang atau tidak pernah bermain video game ternyata dapat melakukannya dengan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang sering bermain video game.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang suka membaca buku? Ingin tahu gimana jadinya? Kita tunggu lanjutan ceritanya hanya dalam Kampoenk Ndeso yang nggak pernah ada matinya....
Buku-buku yang jauh lebih berharga telah dikalahkan dengan keberadaan berbagai media elektronik dan teknologi seperti televisi, video game, handphone, internet, dan sejenisnya.
Memang tidak bisa dipungkiri media-media tersebut juga dapat memberikan informasi bagi penggunanya serta memberikan kemudahan bagi kita dalam menyerap berbagai informasi bahkan pada saat keadaan terdesak sekalipun. Namun apa yang diberikan melalui kemudahan ini tidak selalu berdampak positif bagi kita.
Televisi dapat memberikan informasi secara cepat bagi kita sambil kita melakukan berbagai aktivitas, namun tidak selamanya televisi menyuguhkan informasi yang berguna. Kekerasan dan adegan dewasa yang sering ditampilkan dalam televisi ternyata lebih menyedot perhatian pengguna yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. Saat ini, banyak anak-anak yang memilih untuk tinggal di rumah dan menonton televisi dibandingkan pergi ke luar rumah, bertemu, dengan teman-teman, dan bermain bersama. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah elite dan real estate di mana sang anak memang telah disuguhkan berbagai fasilitas memadai.
Video game pada awalnya digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan dengan cara yang lebih menantang dan memberikan stimulan bagai penggunaannya. Banyak orang, terutama generasi muda, berpikir bahwa video game dapat meningkatkan kreativitas generasi muda zaman sekarang. Namun, seorang siswa SMA Al Azhar Tangerang melakukan riset terhadap 30 siswa SMP tanpa membedakan jenis kelamin mengenai hubungan kreativitas dengan video game. Ia memberikan beberapa potongan kertas dan mempersilakan siswa-siswi tersebut untuk menusun 10 jenis bangun. Kemudian ia memberikan numerik angka agar para siswa menghitungnya dengan waktu yang terbatas. Hasilnya? Siswa yang jarang atau tidak pernah bermain video game ternyata dapat melakukannya dengan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang sering bermain video game.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang suka membaca buku? Ingin tahu gimana jadinya? Kita tunggu lanjutan ceritanya hanya dalam Kampoenk Ndeso yang nggak pernah ada matinya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar